Join This Site
Showing posts with label artikel. Show all posts
Showing posts with label artikel. Show all posts

Hallo sobat reader semua, di Minggu pagi ini saya ingin membagikan sedikit wawasan tentang bagaimana menghitung waktu kapal muatan dari berangkat sampai ke tempat tujuan, membutuhkan berapa Hari, berapa Jam dan menit? Tentunya dengan cara perhitungan  yang sangat-sangat  sederhana.

Di Kalimantan Timur kebetulan admin sedang belajar mengelola managemen tongkang atau kapal atau ponton, dihitung dari Estimation Time of Arrival (ETA) dan Estimation Time of Departure (ETD). Nah sebelum bicara lebih jauh mungkin sobat reader ada yang belum tau apa itu ETA dan ETD, nah....  ETA itu adalah perkiraan waktu kedatangan Kapal,  sedangkan ETD adalah perkiraan waktu keberangkatan kapal.

Fungsi dermaga itu bisa diklasifikasi menjadi 2 macam yaitu  dermaga hanya untuk muat saja atau Port of Loading (P.O.L) dan dermaga untuk bongkar saja atau bisa disebut Port Of Discharge (P.O.D) bahkan bisa juga dermaga dengan POL dan POD.

Jadi ETA dan ETD dibutuhkan untuk mengatur kapan kapal bisa sandar lalu berapa lama dibutuhkan proses muat/bongkar dan jika sudah selesai kapal mana yang akan segera merapat ke dermaga, untuk menentukan kapal itu datang/tiba di dermaga tentunya kita harus menghitung berapa lama kapal berlayar sampai dermaga tujuan dan berapa lama waktu kapal itu kembali untuk muat/bongkar kembali.

Dibawah ini adalah cara menghitung durasi  kapal, berapa lama kapal itu berlayar pulang pergi (PP):  
Kapal MT. Maju Mapan berangkat dari dermaga Kaltim tanggal 15 Januari 2018 jam 08:00 Lt menuju dermaga Riau Sumatra   dengan total jarak  adalah 1.450 Nautical Mile (NM)

Kecepatan kapal dengan muatan = 3 Knots (Berangkat)

Kecepatan Kapal kosong = 3,5 Knot (kembali)

Berapa ETA kapal ke Riau Sumatra??

Jawab:

= 1.450 NM : 3 knots =  483,333
= 483,333 : 24
= 20,13889   ….. Digit didepan koma adalah Hari = 20 hari

= 20,13889 – 20 hari (angka digit didepan koma)

= 0, 13889 x 24 jam

= 3,33333 ….. Digit didepan koma adalah Jam = 3 jam

  =3,33333 – 3 jam (angka digit didepan koma)

= 0,33333 x 60 menit

= 20 Menit

Jadi lama kapal berlayar dibutuhkan  20 hari 3 jam 20 menit
ETA di dermaga Riau Sumatra tanggal 4 Februari 2018 jam 11:20 LT
Untuk menghitung kembali ke dermaga Kaltim silahkan berlatih sendiri jika ETD Riau Sumatra setelah LOD  2 hari, bedanya dikecepatan kapal menjadi 3,5 Knots dan hasilnya adalah 17 hari 6 jam 17 menit.

Semoga catatan kecil ini bermanfaat buat sobat reader semua dan menjadi amalan baik bagi penulis.
Tak lupa penulis haturkan terima kasih atas kunjungannya dan jangan lupa tinggalkan jejak kata di buku tamu di samping atau di kolom komentar.








Kala itu aku teringat kembali saat aku pertama kali datang ke kota Pontianak,  tepatnya Hijrah dari Jambi pada tanggal 31 Desember 2012, saat dimana terjadinya pergantian tahun menuju 2013, teringat dengan jelas suasana akhir tahun di Pontianak diselimuti dengan hujan deras mengguyur dan membasahi jalanan.
Januari 2013 mengawali karir di Region Kalbar,  untuk merajut asa dan harapan lebih baik , perjalanan berlanjut menuju ke Sanggau yang ditempuh 5 jam perjalanan darat kala itu jalanan Pontianak - Sanggau rusak parah, menginap semalam di kota Sanggau untuk melepas lelah, esok harinya pagi berjumpa dengan managemen di Sanggau office, kemudian dilanjutkan menuju kota Sintang yang dibutuhkan waktu tempuh 3 jam perjalanan darat,  ops....  Ternyata masih berlanjut lagi menuju lokasi tujuan di tembawang alak Ketungau Hilir,  untuk ke sana memakan waktu sekitar 2 jam.  Itulah lokasi pertama ku berjuang di region Kalbar yang akhirnya dapat mengantarkan distrik menuju peringkat 10 besar.

Hingga pada akhirnya Tepat pada tgl 11 Maret 2017 atau 4 tahun 70 hari aku harus berpisah dan meninggalkan tim Kalbar, memang berat rasanya tetapi roda kehidupan terus berputar mau tidak mau harus diterima dengan tulus ikhlas mengikuti takdir yang ditunjukkan Allah Tuhan Yang Maha Esa,  untuk hijrah kembali ke tempat lain.
TUGU BAMBU UNTAN

TAMAN DIGULIS , TEMPAT ASIK BUAT JOGING PAGI DIKALA WEEKEND

MASJID MUJAHIDIN PONTIANAK

MEGA MALL A YANI

Terima Kasih buat tim FA kalbar atas jamuan perpisahan, sukses slalu buat kita semua


TIM FAD


Buat temen di ruangan FOD lantai 2 . Hari-hari yang kurindukan kebersamaan selama ini yang penuh kekeluargaan, jangan lupa bahagia yahhhh




Dunia akan terus berputar, ada pertemuan tentu ada juga perpisahan. Suatu saat cepat atau lambat kita bertemu kembali dilain tempat atau tempat yang sama dan lain cerita kehidupan. Sampai jumpa lagi teman, terima kasih atas kebersamaannya dan tetap "tersenyum".
Sukses buat kita semua

Pada suatu areal atau wilayah yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan hutan industri khususnya untuk kondisi lahan belukar pada saat akan menentukan titik yang akan ditanam tentu pada kondisi lahan yang sudah bersih yaitu dengan cara melakukan pembersihan lahan tanpa bakar(PLTB) atau land clearing, PLTB bisa dilakukan dengan  beberapa metode :
  1. PLTB manual : Pembersihan lahan tanpa bakar dilakukan dengan manual menggunakan parang dengan cara penebasan ranting pohon.
  2. PLTB mekanis : Pembersihan lahan tanpa bakar dilakukan dengan bantuan mesin seperti excavator
Biasanya PLTB pada beberapa perusahaan pengelola hutan industri sudah banyak menerapkan PLTB mekanis, hanya saja mereka masih menggunakan jenis excavator bucket atau grapple. Nah... kali ini ada terobosan teknologi modern attachement head yang lebih layak untuk digunakan kegiatan kebersihan lahan maupun imas yaitu dengan menggunakan "Bracke C16 series" .

Bracke C16 series  mampu melakukan kebersihan lahan seperti selayaknya penebasan ranting pohon dengan tunggul minimum, tanpa menggali, tanpa mematahkan kayu cukup dibantu dengan bracke c16 head yang diterapkan bisa pada excavator untuk menghasilkan kerja yang lebih optimal dan effisien serta peningkatan standar kerja keamanan. Bracke C16 head  mampu memotong ranting pohon hingga pohon liar/serasah/gulma  pada beberapa diamater kecil dan mengumpulkannya pada "jepit 1"  dan "jepit 2" untuk mengambil pohon liar lainnya, setelah terkumpul (jepit 1&2) baru ditempatkan pada tumpukan seresah ranting/pohon yang sudah ditentukan.
C-16.C HEAD
Spesifikasi Teknis :
  1. Berat 570 kg
  2. Saw Disc Diameter 795 mm
  3. kapasitas pemotongan hingga 260 mm
  4. Cutting chain  ¾” 
Persyaratan hydrolik:
  1. Tekanan 170 bar
  2. Flow 120 I/min
  3. Sistem listrik 24 Volt
  4. Sistem kontrol berbasis PLC
  5. Accessories GPS system FC-GIS
  6. Layanan dan program pelacakan

Demo operasional alat bracke C16.c dapat dilihat pada vidio penayangan dibawah ini

Untuk menjadi perusahan Forestry standar "World Class Company" tentu jeli dalam menerapkan teknologi tepat guna dan modern untuk menjadi optimum hasil dan efisien waktu dan biaya, dengan menerapkan dan menambah koleksi mekanisasi seperti bracke C16 series untuk dapat diterapkan di wilayah kerjanya. Semoga bermanfaat
Kepada rekan forestry dimanapun anda berada, terima kasih atas kunjungannya di blog yang sederhana ini, pada pembahasan yang sudah pernah saya posting dari mekanisasi (baca : Mini Harvester), teknologi informasi kehutanan (baca : Info IPTEK), teknologi kehutan dari Amerika (baca : teknologi America ), di kesempatan kali ini saya ingin membagikan beberapa informasi penggunaan teknologi terkini di Afrika Selatan dalam mengelola hutan industri.

Mesin Tanam ini dikembangkan untuk Mondi Oleh pabrikan  Anco dari Piet Retief

Dimulai dari mesin baru melalui mekanisasi penanaman, seperti pada gambar diatas tidak dilakukan dengan mesin excavator menggunakan planter head seperti pada pembahasan sebelumnya (baca : mekanisasi penanaman ) melainkan dengan mesin tanam pada suatu trailer dengan beberapa crew planter, sistem kerjanya bibit dibawa dalam wadah oleh planter man yang menaruhnya kedalam tabung untuk mengarahkan ke lubang tanam untuk ditanam, Kegiatan tanam ini dibantu oleh self-drive mesin Fiori dan fitur hydraulic folding booms. Alat ini mampu menanam rata-rata 7(tujuh) hektar per hari dengan rata-rata 40-50 tanaman per menit dari 6(enam) tenaga tanam.
Planter In Action
Alat penanaman ini juga mudah untuk memindahkan pada jarak jauh antar petak bisa di tarik menggunakan traktor atau dinaikkan pada truck trailer seperti gambar dibawah ini .
Mobilisasi dengan mudah Planting trailer
Pada perusahaan pengelolaan hutan Industri di Afrika Selaltan mampu bersaing dengan perusahan industri yang sudah maju seperti di Brazil, dan tidak semua petak atau kompartemen dapat disiapkan, ditanam, dan dipanen dengan mesin. Sehingga tentunya ada tempat atau kompartemen yang dapat menggunakan mesin sistem semi-mekanis .

Di Afrika Selatan dalam pengelolaan hutan tidak hanya menjadi efisein dan hemat biaya, tetapi mereka para perusahan pengembang harus memenuhi serangkaian tantangan yang berkaitan dengan orang-orang, dan lingkungan yang tidak ada kompromi dari peralatan dan sistem yang dipilih, seperti :
  • Meminimalkan dampak Lingkungan
  • Mencapai efisien energi
  • Penghematan penggunaan sumber daya air
  • Melindungi keseimbangan karbon
  • Penerapan standar tinggi pada kesehatan dan keselamatan kerja
  • Pekerjaan yang berkelanjutan
  • Menciptakan peluang untuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kehutanan
  • Memastikan masyarakat sekitar mendapat manfaat dari kegiatan kehutanan
  • Memastikan karyawan, pemegang saham, dan negara mendapat manfaat dari operasional kehutanan


Pelopor Mekanisasi di Afrika Selatan adalah perusahaan pengelola hutan dan kontraktor mereka, diikuti oleh petani komersial yang inovatif dengan ide-ide kreatif. Selanjutnya yang berada digaris depan inovasi mekanisasi di Afrika selatan dimulai dari  silvicultur sampai persiapan lahan, Pitting (lubang tanam), penanaman dan Kontrol Gulma, dan Pemanenan adalah kegiatan pertama untuk mekanis.
Kehebatan mesin pitting 
Gambar diatas merupakan salah satu program mekanisasi oleh perusahaan kehutanan di Afrika Selatan yang sudah menggunakan mesin pembuat lubang tanam yang standar dengan kolaborasi dengan mini excavator yang lebih ramah biaya dari generasi sebelumnya. Keselamatan dan pertimbangan ergonomis sering disebutkan sebagai pendorong utama untuk mekanisasi, yang diselaraskan dengan pelatihan operator dan pemeliharaan mesin.

Mengingat mekanisasi terlaksana dengan modal dan biaya operasional yang tinggi dan segala konsekuensinya jika ada yang salah seperti mesin rusak, tingginya biaya perbaikan,keselamatan operator dan orang-orang yang ada disekitarnya. Untuk itu diperlukan adanya kriteria khusus pada operator meliputi :
  1. Spesialis terlatih dengan pengetahuan umum kehutanan
  2. Kondisi prima, waspada, sehat dan memiliki sikap yang baik di pekerjaan
  3. Bertanggung jawab atas pemeliharaan rutin pada mesin mekanis atau setidaknya mampu memahami mekanik sehingga mereka dapat mengantisipasi / menghindari masalah teknis mesin yang timbul
  4. Dapat mengidentifikasi masalah mekanik saat melapor ke supervisor/mekanik.
Mekanisasi selanjutnya yang diterapkan oleh perusahaan pengelola hutan industri di Afrika Selatan dapat dijabarkan pada penjelasan gambar dibawah ini :

GMT 035 Felling grappel oleh Gierkink alat penebangan yang inovatif dengan berat head hanya 225 kg, dapat digunakan untuk penebangan terarah, sangat mudah untuk perawatannya, dan dapat dipasang pada truck-mounted crane, tree Wheeler atau mini excavator. Diameter kayu maksimum pada 35 cm.
GMT 035 HEAD dipasang kan pada mini excavator - beraksi dilokasi uji coba

Pada gambar dibawah ini adalah alat untuk membuat lubang tanam "Imvukuzani" adalah perangkat inovatif yang dirancang pada tumpuan berat/ tekanan bahu dari operator auger. Alat ini didistribusikan oleh Silvix Forestry.  
Imvukuzani
Pada alat mekanisasi selanjutnya adalah inovatif dari sebuah kotak spraying adalah kotak angin kecil yang pintar dan dapat menyemprotkan herbisida dengan akurat.
Wind Box
Alat ringan dari produk Orsi Mulcher di dukung dengan Landini tracktor dapat digunakan untuk mulsa paska penebanngan slashing dan tunggul .
Orsi Mulcher
Alat dibawah ini adalah seperti dokter gigi raksasa, head yang sangat efektif untuk mencaput tunggul hingga diameter 66 cm , dengan pemotongan tunggul hinga kedalaman 8 cm dibawah permukaan tanah. Kekuatan alat ini rata-rata 60 tunggul per jam.
DS800 Alat pencabut tunggul
hasil tunggul yang sudah tercabut dari dalam tanah
Dan yang terakhir produk mekanisasi pengelolaan hutan industri di Afrika Selatan adalah alat untuk memanen kayu disebut SP 861 LF harvesting head yang memiliki produktifitas yang tinggi  untuk menebang kayu secara mekanis. Di distribusikan di Afika Selatan oleh Logmech 
Harvesting Head - SP 861 LF
SP591
SP591
SP761
SP761

Itulah pembahasan mekanisasi yang sudah berjalan pada pengelolahan hutan di Afrika Selatan, lumayan modern bukan.... bagaimana dengan industri hutan di Indonesia jangan sampai tertinggal oleh perusahan di Afrika Selatan yang mengedepankan keselamatan, keahlian operator dan biaya yang economis dengan menerapkan mesin lebih kecil dengan tenaga inovatif seperti mini excavator. Mesin Kehutanan dikelola dapat mahal, tidak efektif, dan benar-benar berbahaya, tetapi ditangan yang tepat, ditempat yang tepat dan dikombinasi yang tepat mereka dapat memberikan aliran terpercaya, berkelanjutan, biaya yang efektif dari kayu yang dapat mengubah bisnis kehutanan menjadi Pemenang.
Terima kasih sudah berkunjung dan sampai jumpa di pembahasan selanjutnya. 
Kegiatan  Penebangan kayu HTI merupakan inti dari proses pembangunan hutan industri, dimana kayu dipanen atau penebangan kayu setelah menunggu 5(lima) tahun lamannya untuk dipindahkan dari lokasi hutan ke pabrik pengolahan  untuk diolah menjadi bahan baku kertas (pulp). Pada umumnya penebangan kayu dilakukan oleh tenaga kerja manual menggunakan alat chainsaw, selain itu juga ada teknologi mekanisasi menggunakan harvester head baca juga Mekanisasi penebangan sayangnya mekanisasi harvester dengan alat excavator attactment headnya terlalu besar dan kurang cocok untuk pemanenan HTI untuk jenis tanaman eucalyptuse atau acasia , head terlalu besar dan daya jepit kurang kecil serta dari segi cost lumayan tinggi.

Seiring dengan kemajuan jaman, untuk mencari tenaga kerja chainsaw sudah mulai agak susah dan kalaupun ada diambil dari tenaga kerja dari luar daerah. Maka dicari alternatif yang cocok untuk biaya HTI di Indonesia yaitu dengan menggunakan mekanisasi yang sedikit hemat dari harvester sebelumnya, yaitu dengan Mini Harvester, suatu bentuk perpaduan antara mini excavator misalnya Kubota KX080-4 mesin 4(empat) silinder dengan headnya punya Kesla 20SH yang bentuknya lumayan ramping dan mudah pengoperasiannya juga perawatannya. Baik kita urai satu per satu specifikasi dari alat mini harvester ini :

MINI EXCAVATOR

Jenis excavator untuk mini harvester ini dengan menggunakan mini excavator punya Kubota KX080-4, excavator ini dengan berat total sekitar 8 ton, dapat memberikan semua tenaga yang dibutuhkan berkat direct injection baru mesin diesel dengan Common Rail System (CRS) dan Diesel Particulate Filter (DPF) Muffler, serta sejumlah fungsi dan peralatan termasuk ECO PLUS.

KUBOTA KX080-4 dengan dua kontrol sirkuit tambahan
Kubota KX080-4 dilengkapi dengan :
- Auto Idling System, Kubota auto idling system dipasang sebagai standar, ketika tuas kontrol yang tersisa di netral selama lebih dari 4 detik, sistem idling secara otomatis mengurangi mesin untuk idling RPM. Ketika tuas dipindahkan lagi, RPM mesin segera ulang ke RPM Dial-Set. Fitur inovatif ini mengurangi kebisingan dan emisi gas buang, selain menghemat energi dan biaya operasional.

- Load-Sensing Hydraulic System , sistem hidrolik load-sensing kubota ini memastikan halus operasi, terlepas dari ukuran beban . Hal ini memungkinkan minyak hidrolik mengalir sesuai dengan rentang tertentu gerak tuas operator. Akibatnya , mengurangi konsumsi bahan bakar dan memberikan yang lebih besar kinerja operasional secara keseluruhan .


Jangkauan Lengan Ayun

HARVESTER HEAD

Attackment dari harvester head ini melengkapi kinerja excavator kubota KX080-4 dengan merek dagang KESLA 20SH Stock head. Kesla produsen terkemuka didunia dari stroke harvester telah maju teknologi Stroke harvester ke tingkat yang sama sekali baru. New Kesla SH II harvester head membawa banyak fitur dan komponen, teknologi pulse memungkinkan bahkan mesin dasar kecil dengan tenaga hidrolik untuk mencapai kekuatan delimbing besar. Oleh karena itu , Kesla Stroke harvester sangat baik dan cocok untuk platform excavator. Kekuatan stroke rahang cukup kuat, stroke harvester tak terkalahkan bahkan dalam hal kecepatan serta penggunaannya sangat lembut dan aman.
KESLA 20SHK
KESLA 25SH-II Stroke Harvester adalah yang terbaik untuk memproses pohon kokoh bercabang - berdiri atau di tumpukan - yang membutuhkan kekuatan delimbing substansial. Teknologi ini memastikan bahwa permukaan pohon tidak rusak , memfasilitasi lembut penanganan kayu berharga, dipotong untuk pemanenan pohon tegak berdiri serta pengolahandi tumpukan kayu. Diameter Pohon optimum adalah 40cm
KESLA 25RH-II


Untuk lebih jelasnya kinerja dari mini excavator Kubota KX080-4 dengan harvester head milik Kesla bisa dilihat pada penayangan vidio dibawah ini

Bisa di tonton di Youtube Klik DISINI
Atau
Bisa download vidionya klik DISINI

Demikian pembahasan pemanenan kayu mekanisasi hemat energi diawal tahun 2017 semoga dapat memberi manfaat buat sobat forestry dimana anda berada, dan terima kasih sudah sudi mampir di celoteh blog saya jangan lupa tinggalkan jejak atau mengisi buku tamu yah.... sampai jumpa lagi dilain kesempatan.
Sobat semua mesti tau yah untuk proses pembuatan jalan tentu banyak dibutuhkan banyak macam alat berat, seperti excavator, buldozer, grader maupun vibro roller.Banyak terjadi jalan di industri forestry rusak waktu akan dilakukan pemanen kayu, untuk itu perlu diperhatikan jenis alat dan metoda yang berbeda berdasarkan jenis dan kondisi tanah. Pembahasan kali ini adalah mengenal lebih dekat tentang alat berat untuk memadatkan jalan, orang lapangan biasa menyebutnya bomax, vibro, mesin gilas dll bahasa penyebutannya. Alat-alat untuk memadatkan tanah biasa yang kita lihat dilapangan berbagai macam bentuknya ada yang roda besinya berbentuk bulat dan bergetar, ada yang bentuknya ada benjolan besi dan macem-macemlah bentuknya, ternyata jenis mesin roller fungsinya berbeda-beda sesuai dengan bentuk peruntukannya.
Pada umumnya pemadatan tanah merupakan upaya mengatur kembali susunan butiran tanah agar menjadi lebih rapat sehingga tanah akan lebih padat.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pemadatan yaitu :

  1. Gradasi material yang akan dipadatkan
  2. Kadar air dari material
  3. Usaha pemadatan
Pemadatan juga dapat dilakukan dengan memberikan getaran, khususnya pada partikel - partikel yang kering dan seragam. Sedangkan pada material yang liat dan banyak mengandung air, pemadatan dapat dilakuakn dengan memberikan tekanan diatasnya. Pada kebanyakan tanah yang mengandung partikel halus dan sedikit lembab, pemadatan dilakukan dengan memberikan tekanan dengan berat yang tetap, getaran atau menggunakan ke duanya.

 Nah untuk itu  mari kita lihat macam dan jenis alat berat untuk memadatkan jalan.

1. TAMPING ROLLER

Tamping roller adalah alat berat yang fungsinya memadatkan tanah lempung atau campuran pasir dan lempung. Alat ini tidak dipakai untuk memadatkan dengan butir kasar, seperti pasir dan kerikil. Alat ini terdiri dari drum baja berongga yang dilapisi dengan kaki-kaki baja yang tegak lurus dengan las. Setiap roller atau rodanya mempunyai lebar dan keliling yang bervariasi. Setiap unit alat pemadat ini terdiri dari satu atau lebih roda. Metode pemadatan yang digunakan oleh alat ini adalah "peremasan".

2. TREE WHEEL ROLLER

Merupakan mesin penggilas beroda tiga. Tree wheel roller merupakan alat penggilas tertua dan sampai sekarang masih digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan pemadatan, alat ini digunakan untuk memadatkan lapisan yang terdiri dari bahan-bahan berbutir kasar, misalkan untuk pembuatan jalan dan lain sebagainya.
Tree wheel roller mempunyai berat antara 6-12 ton, apabila ingin hasil pemadatannya lebih maksimal, roda silindernya dapat diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau dapat juga diisi pasir. Usaha penambahan berat dengan zat cair atau pasir dapat meningkatkan berat alat 15% sampai 35%.

3. TANDEM ROLLER

Alat ini biasanya digunakan untuk penggilasan akhir, misalnya untuk pekerjaan penggilasan aspal agar rata. Tandem Roller memiliki dua jenis , yaitu two axle (berporos dua) tandem roller dan tree axle (berporos tiga) tandem roller. Tree axle tandem roller digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti mengerjakan landasan pesawat terbang atau membuat pondasi jalan, atau fungsinya untuk pemadatan ulang setelah pemadatan dengan alat two axle tandem roller. Alat ini menghasilkan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya dan beratnya berkisar antara 8-14 ton serta dapat ditambahkan 60% dari berat pemadatnya.
INTERIOR TANDEM ROLLER

4. VIBRATION ROLLER

Merupakan alat berat yang cara kerjanya menggunakan efek getaran  dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir. Dengan vibration roller ini , proses pemadatan tanah akan sangat mudah. Hal ini karena butir-butir tanah akan mengisi bagian bagian yang kosong.
Vibration roller adalah pemadatan yang sama dengan tipe tamping roller hanya saja dilengkapi dengan vibrator.

INTERIOR ROLLER

5. SEGMENT ROLLER / Sheep Foot Tire Rollers

Alat ini meripakan mesin penggilas yang memiliki roda tersusun dari lempengan-lempengan baja. Meskipun masuknya roda beserta lempengannya ke dalam tanah tidak terlalu dalam, alat ini mampu memberikan efek pemadatan tanah pada bagian bawah. Selain itu alat ini juga membantu menekan kelebihan air yang terkandung dalam lapisan tanah yang sedang dipadatkan, sehingga menjadikan tanah memiliki kepadatan yang maksimal. 



6. PNEUMATIC ROLLER

Alat ini juga sering disebut Universal Compactor, roda-roda penggilasnya terdiri dari ban karet yang dipompa. Roda-roda tersebut terkecuali dapat bergerak maju dapat pula digetarkan atau digerakkan naik turun untuk memberikan tumbukan yang kuat. jumlah roda gilas selalu gasal, misalnya 9 ( 4 roda depan dan 5 roda belakang). Alat ini beratnya sekitar 80 ton, dalam satu kali lintasan mampu memadatkan material timbunan sedalam 24 inci.
7.  TRENCH ROLLER

Alat penggilas khusus parit atau lubang galian, sehingga kontruksinya dibuat khusus sedemikian rupa agar sesuai untuk pekerjaan tersebut. Kemampuan roller ini untuk memadatkan galian parit sedalam 16 sampai 23 inci.



Mesin-mesin gilas/pemadatan diatas difungsikan sesuai dengan kondisi material tanah yang akan dipadatkan , seperti :
  • Tanah Plastis dan tanah kohesif, digunakan alat pemadat sheep foot roller atau pneumatic roller.
  • Material tanah pasir atau kerikil , digunakan mesin vibration roller  atau pnemautic roller.
  • Tanah lempung berpasair atau tanah liat, biasanya digunakan mesin gilas segment roller.
Semoga bermanfaat


Permintaan pulp terus mengalami peningkatan di pasar dunia, diikuti dengan kemajuan teknologi dalam pengolahan kayu menjadi pulp sehingga dapat menghasilkan pulp dengan serat yang berkualitas. Tingginya permintaan pulp para investor terus mengembangkan usaha industrinya melalui pemenuhan bahan bakunya yaitu kayu, untuk menghasilkan 1(satu) ton pulp dibutuhkan kurang lebih 6(enam) ton kayu tanaman industry, agar ketersediaan pasokan kayu mencukupi dan berkesinambungan maka dibutuhkan perusahan pengelolaan hutan tanaman industry (HTI).
Perusahaan hutan industry menjadi pemeran utama, untuk mendukung kelancaran perusahaan industry dalam menghasilkan pulp, kapasitas produksi pada industry pulp harus diimbangi luasan konsensi hutan industry yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan kayu sebagai bahan baku utama pulp. Tanaman industry dapat ditebang/dipanen setelah tanaman berumur 5(lima) tahun, pembahasan mengenai proses pembangunan hutan industry sudah pernah diulas pada tema sebelumnya selengkapnya dapat dibaca DISINI .
Dikesempatan kali ini penulis ingin membahas khusus mengenai suksesi produksi hutan industry terhadap mitra kerja/kontraktor dalam hal ini lebih memfokuskan proses penebangan kayu/pemanenan kayu sampai dengan transportasi menuju ke mill.
Secara garis besar perusahaan pengelola hutan industry melakukan proses pemanen kayu dibutuhkan beberapa tahap yaitu :
1 . Micro Planning
Proses ini merupakan perencaan awal sebelum dilakukan kegiatan penebangan, micro planning memuat informasi penting pada areal yang akan di tebang berupa :
  • Persiapan peta kerja
  • Pembuatan layout jalan  (baca juga : pembuatan jalan )
  • Pembagian nama petak yang akan ditebang
  • Penentuan titik Tempat penampungan kayu
2 . Pra Tebang
Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan areal secara manual jika penebangan menggunakan chainsaw misal menggunakan parang . Jika menggunakan kegiatan mekanis maka kegiatan pra tebang bisa dilewati misal : excavator harvester
Tujuan dilakukan pembersihan areal sebelum tebang agar memudahkan penebangan dan menjaga safty operator chainsaw
3 . Felling (Penebangan)
Kegiatan penebangan menggunakan system yang telah ditentukan oleh perusahaan , seperti penebangan system terarah dan dilakukan secara sistematis. Dengan system tebang terarah maka dapat menjaga keselamatan pekerja. Kelebihan lainnya menggunakan system tebang terarah dapat meningkatkan produktifitas alat excavator, menghindari kegiatan alat seperti swing/memutar yang menyebabkan pemborosan biaya oprasional excavator (Bbm/solar).

Pada proses felling ada 2(dua) sub kegiatan setelah pohon ditebang yaitu :
1 . De-limbing adalah kegiatan pembersihan kayu dari cabang dan ranting
2 . Cut to length adalah kegiatan memotong bagian kayu sesuai dengan ukuran kebutuhan di mill
Sub kegiatan felling bertujuan agar kayu yang dikirim bebas dari ranting dan sampah (batang utama)

4 . Stacking
Adalah kegiatan penumpukan potongan-potongan kayu pada jalur yang sudah dirancang . kegiatan tumpuk kayu bisa dilakukan oleh tenaga manual.

Tahap selanjutnya kegiatan membutuhkan investasi alat berat seperti excavator untuk kegiatan sbb :
5 . Matting
Yaitu jalur yang dibuat dari seresah ranting atau anakan kayu sebagai landasan untuk jalan alat berat . lebar jalur matting bisa 3-4 meter atau mengikuti ukuran track alat berat. Tujuannya dilakukan matting di areal rawa untuk menopang jalan alat berat agar tidak terperosok sedangkan untuk diareal mineral/darat untuk pengendalian pemadatan tanah oleh alat berat.
6 . Pre Bunching
Proses pengumpulan kayu pada jalur tarik dengan menyusun pangkal kayu kearah jalur tarik dengan cara mekanis . Kegiatan ini dilakukan jika tidak dilakukan kegiatan pada point 4
7 . Spreading
Merupakan proses penyerakan sisa ranting atau dahan kayu yang tidak masuk spesifikasi kayu olahan dilakukan merata diseluruh areal, proses ini dilakukan di areal darat, bila di rawa boleh tidak dilakukan spreading jika sudah dilakukan pada point 5(lima) dan 6(enam).
8 . Extraction/Skidding/Penyaradan
Merupakan proses kegiatan penarikan kayu ke tempat penampungan kayu yang sudah ditentukan (pinggir jalan) untuk menunggu proses transportasi kayu. Jika menggukan cara point 4 dimana kayu sudah disusun/ditumpuk didalam petak maka kegiatan extraction alat dibantu dengan sampan darat atau dengan alat lain seperti forwarder, Tractor Noka dll
9 . Loading
Yaitu proses kegiatan pemuatan kayu menggunakan excavator di tempat penampungan kayu (pinggir jalan/kanal) ke logging truck.
Tahapan yang dilakukan oleh kontraktor/mitrakerja perusahaan hutan industry pada point 2 s.d point 9 , pada point 2 s.d 4 dilakukan manual bisa dengan pemberdayaan masyarakat local sekitar hutan industry atau mengambil dari tenaga lain. Pada point 5 – 9 dibutuhkan strategi produksi yang sistematis dan terukur oleh kontraktor, kenapa demikian karena point 5 – 9 membutuhkan investasi alat berat dan biaya operasional yang tidak sedikit sehingga penentuan produktifitas unit alat tersebut sebagai kunci keberhasilan kontraktor bekerja di hutan industry .
Untuk memudahkan perhitungan kinerja unit excavator yang dikelola oleh mitra kerja sebelum memutuskan untuk bergabung dalam operasional di HTI, bisa dihitung dengan beberapa contoh rumus sebagai acuan apakah harga yang ditawarkan oleh perusahaan industry sesuai dengan kemampuan kerja kontraktor, dan apabila harga yang ditawarkan diluar kemampuan kontraktor maka negosiasilah jalan terbaik untuk mencapai kesepakatan bersama agar tidak merugikan disalah satu pihak.
Hal-hal yang harus diuji dari harga yang ditawarkan oleh pegelola HTI sebagai pertimbangan awal dan mengukur kemampuan kontraktor itu sendiri dimulai dari menghitung :

1 . Menentukan Nilai Perolehan (jika alat dibeli secara tunai)
Disaat memberikan keputusan mitra kerja membeli unit alat berat maka perlu dihitung berapa rupiah beban per bulan atau bisa dikatakan depresiasi efektif kinerja alat. Nilai perolehan = jumlah leasing yang dibayar setiap bulan, jika alat tersebut menggunakan system leasing maka rumus ini dilewatkan langsung ke nomor 2(dua), NP = angka nominal leasing yang harus dibayarkan setiap bulannya.
Ket :
NP = Nilai Perolehan / Nilai leasing per bulan
HP = Harga beli Alat
EO = Efektif operasional (36 bulan)

2 . Menghitung biaya operasional alat excavator per bulan
Untuk menunjang operasional unit alat, maka dibutuhkan berapa anggaran operasional untuk unit tersebut, maka bisa dihitung dengan rumus :
BO (Rp) = ( FC x HS x HH x JH )
Ket :
BO = Biaya Operasional per unit alat
FC = Konsumsi bbm per HM pada alat
HS = Harga solar/bbm
JH = Jumlah hari dalam sebulan (30 hari)


3 . Dana Operasional (DO)
Biaya yang meliputi gaji operator, biaya perawatan unit dan biaya lain-lain, maka bisa dihitung dengan rumus :
DO (Rp) = BO x P
Ket:
BO = Biaya Operasional per unit alat
P = persentase % masing-masing mitra kerja tentukan sendiri secara proposional

4 . Nilai Harga Perolehan
Pada perhitungan ini menginformasikan berapa standar minimal produksi (tonase) per unit dari nilai harga yang ditawarkan oleh pihak pertama (Perusahaan Hutan Industry) dengan rumus :
Hasil NHP satuannya bisa tonase atau M3 tergantung perusahaan HTI itu membayar dengan satuan apa, hasil perhitungan NHP merupakan standar minimum target pencapaian produksi atau bisa dikatakan BEP (break even Point) yang artinya sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan , dengan kata lain hasil perhitungan NHP bisa diartikan Total Revenue = Total Cost.
Contoh :
Perusahaan HTI menawarkan paket harga produksi kayu Rp 100.000 /ton ( pre bunching, spreading , extraction dan Loading) kepada kontraktor ABC. Target Perusahaan HTI kepada kontraktor ABC selama setahun 500.000 ton. Rencana kontraktor ABC operasionalnya menggunakan alat Excavator PC130, jika harga per unit Rp 1,5 milyar, dengan konsumsi bbm 12 liter/hm dan bekerja selama 10 jam per hari. Maka harga yang ditawarkan perusahaan HTI perlu diuji kelayakannya oleh kontraktor ABC dengan rumus tersebut diatas :
Menghitung nilai NP :
Menghitung BO
BO (Rp) = ( FC x HS x HH x JH )
Jika:
FC = 12 liter/hm
HS = Rp 6.000/liter
HH = 10 jam
JH = 30 hari
BO (Rp) = ( 12 ltr x Rp 6.000 x 10 jam x 30 hari )
BO (Rp) = Rp 21.600.000
adalah biaya yang rutin yang akan dikeluarkan setiap bulan per unit alat
Sebagai penunjang operasional maka dihitung biaya anggaran untuk menunjang operasional per unit alat dengan rumus DO (Rp) = BO x P
Jika P = tentukan nilai persentasenya misalkan 30%
DO (Rp) = Rp 21.600.000 x 30%
DO (Rp) = Rp 6.480.000,-
Angka tersebut merupakan biaya overhead bisa seperti gaji, uang makan, biaya transportasi dilapangan dll.
Setelah nilai Np, BO dan DO didapat langkah selanjutnya yaitu menguji nilai harga yang ditawarkan oleh perusahaan HTI dengan rumus :
Target produksi minimum 697 ton per unit per bulan , jika hasil produktivitas unit alat dibawah nilai NHP maka dipastikan rugi, untuk itu langkah terakhir apakah kontraktor ABC mampu bekerja di perusahaan HTI, maka team kontraktor ABC perlu mengukur sendiri kemampuan yang dimiliki seperti keahlian operator bekerja di HTI dan Unit alat yang sehat semisal mampu mencapai target 1.200 ton, maka bisa dihitung menggunakan Rumus profit
Profit = (tonase x HP) – (BO + NP + DO)
Profit = (1.200 ton x Rp 100.000) – (Rp 21.600.000 + Rp 41.666.667 + Rp 6.480.000)
Profit = Rp 50.253.333 per bulan
Dengan sumber daya yang dimiliki kontraktor ABC dengan menggunakan standar harga yang ditawarkan perusahaan HTI masih mendapatkan sisa hasil usaha / prospek untuk menerima harga tersebut.
Langkah berikutnya yaitu menentukan jumlah unit untuk mencapai target yang diberikan perusahaan HTI sebesar 500.000 ton per tahun, dibutuhkan alat sesuai dengan kemampuan kontraktor ABC maka dapat dihitung dengan rumus :
Ket :
T = Target tonase/M3 setahun
BS = Jml bulan setahun
PU = Pencapaian jumlah produksi (ton) per unit
Kebutuhan Jml unit = 35 unit excavator PC 130 untuk menyelesaikan target produksi perusahaan HTI selama setahun.
Langkah yang terakhir setelah menguji standar harga sudah, mengukur kemampuan sumber daya sudah, apabila sudah layak dan sesuai mitra kerja  tidak cukup mempertimbangkan strategi bisnis sampai disitu saja, hal yang harus dipertimbangkan apakah harga dihitung di petak/Tpn atau harga kayu sampai diterima di Mill/Pabrik. Bila harga diterima di tumpukan kayu di pinggir petak maka langkah selanjutnya cukup tidak dibahas mengenai transportasi kayu, bila harga di terima di mill/pabrik yang jaraknya membutuhkan mobilisasi kayu maka perlu dibahas langkah selanjutnya, karena kekuatan sumber daya mitra kerja yang sudah mencukupi akan menjadi sia-sia jika sarana transportasi kayu tidak terpenuhi alhasil kayu menumpuk dan belum bisa dijadikan uang.
Wood transport merupakan proses memindahkan kayu dari hutan industri ke penampungan terakhir dalam hal ini Mill/pabrik. Proses transportasi kayu tentu juga membutuhkan unit armada yang akan dibahas pada sesion selanjutnya.....