Join This Site
Showing posts with label religi. Show all posts
Showing posts with label religi. Show all posts


Hidup sederhana, Kondisi itu semakin jarang kita jumpai di masa ini. Hidup mewah, glamour, berfoya-foya, dan cenderung menikmati kesenangan dunia secara berlebihan, lebih banyak kita saksikan tidak hanya di kalangan masyarakat umum saja, bahkan pada golongan orang yang mengaku mengikuti sunnah.

Bermegah-megahan dalam mendirikan bangunan, berlebih-lebihan dalam  makanan, ingin terlihat "Wah" dalam penampilan, seakan sudah biasa bahkan merupakan kebanggaan.

Padahal, bila kita membuka Al Qurān dari belakang saja, akan langsung kita dapati celaan Allāh bagi orang-orang yang gemar bermegah-megahan.

Allāh berfirman:

الهكم التكثر. حتى زرتم المقابر. كلا سوف تعلمون. ثم كلا سوف تعلمون. كلا لو تعلمون علم اليقين. لترون الجحيم. ثم لترونها عين اليقين. ثم لتسالن يومءذ عن النعيم

“Bermegah megahan telah melalaikan kamu.
Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.
Niscaya kamu akan benar-benar melihat neraka Jahim.
Dan sesungguhnya kamu akan benar-benar melihatnya dengan ‘ainul yakin.
Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)"

(QS At-Takatsur)

Jadi, buat apa bangga dengan kemegahan dan kemewahan?

Sederhanalah!

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para shahābat Radhiyallāhu Ta'āla 'anhum adalah orang-orang yang memilih hidup sederhana, bahkan jauh di bawah standar hidup sederhana.

Padahal mereka diberi kunci-kunci dunia.

Dalam sebuah hadīts riwayat Bukhāri Muslim disebutkan,

"Bahwa suatu hari Umar Radhiyallāhu 'anhu pernah menemui Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam. Saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma, dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma.

Melihat keadaan Nabi yang seperti itu Umar pun menangis. Kemudian Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya: "Mengapa engkau menangis?"

Umar menjawab: "Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasūlullāh, utusan Allāh, kekayaanmu hanya seperti ini, sedangkan Kisra dan raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan".

Maka Nabi menjawab, "Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti ?"

Begitulah Rasūlullāh, pribadi yang telah Allāh tunjuk sebagai teladan kaum muslimin yang menginginkan keridhāan Allāh dan mengimani hari akhir, memilih kehidupan yang sangat sederhana di dunia ini. Perwujudan dari sabda beliau:

كن في الدنيا كانك غريب او عابر السبيل

"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing atau seorang musafir"


Maka, adakah kita pernah membaca kisah tentang kemegahan rumah beliau?

Lihatlah bagaimana shahābat menggambarkan keadaan rumah beliau!
▪ Dalam kitab Shahīh Adabul Mufrad karya Imām Bukhāri disebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata,

"Saya melihat kamar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut. Saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8. Saya berdiri di pintu Ā'isyah, saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)"

Bila satu hasta adalah 0,45 meter, maka dapat dibayangkan sebesar apa rumah beliau Shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Belum lagi bila kita membaca tentang isi rumah beliau, akan terenyuhlah hati kita akan kesederhanaan beliau, bagaimana seorang yang paling dicintai oleh Pemilik dan Pencipta alam semesta ini memilih kesederhanaan, bahkan kekurangan di dunia, memilih menjadi Rasūl dan hamba ketimbang menjadi Rasūl sekaligus raja.

Maka tidakkah kita malu mengaku sebagai pengikutnya, bila kita masih dipusingkan dengan model keramik lantai rumah kita? Atau perabot mana yang akan diganti karena bosan, apalagi sekedar wallpaper yang sebenarnya tidak perlu?

Lihatlah, bagaimana shahābat pun sederhana dalam tempat tinggal mereka!

▪ Dikisahkan bahwa ketika Salman Al Farisi hendak membangun rumah, ia bertanya kepada pekerjanya, bagaimanakan ia akan membuat rumah.

Pekerjanya adalah orang yang cerdas dan memahami kezuhudan Salman, maka ia menjawab: "Saya akan membuat rumah yang melindungimu dari panas, menghangatkanmu dari kedinginan, apabila engkau berdiri, kepalamu mengenai atapnya, dan bila engkau tidur, kakimu menyentuh dindingnya".

Maka Salman berkata: "Bangunlah seperti itu."

Demikian pula dalam hal makanan... Dimanakah termaktub kisah bahwa Rasūlullāh gemar menikmati beraneka ragam makanan ?

Tidak ada, bukan?

Sebaliknya, terlalu sering kita mendengar dan membaca hadīts yang mengisahkan bahwa dapur Rasūlullāh tidak mengepulkan asap selama 3 bulan berturut-turut sehingga  beliau dan keluarga beliau hanya makan kurma dan air putih.

Akan tetapi, mengapa masih terkunci hati kita untuk meneladani beliau sehingga kita masih pusing memikirkan makanan apa yang akan disantap hari ini, atau restoran mana yang akan dicoba pada akhir pekan nanti.

Lihatlah bagaimana shahābat meneladani beliau dalam hal makanan bahkan setelah beliau meninggal dunia.

Dikisahkan bahwa suatu hari seorang teman Ibnu Umar menghadiahinya bejana yang penuh isinya, maka bertanyalah Ibnu Umar : "Apakah ini?"

Temannya  menjawab: "ini adalah obat yang sangat bagus, saya bawa dari Iraq".

Maka Ibnu Umar bertanya lagi: "Untuk mengobati apa?"

Temannya menjawab: "obat agar makanan menjadi mudah dicerna".

Maka Ibnu Umar pun tersenyum dan berkata: "Sesungguhnya aku tidak pernah kenyang sama sekali selama 40 tahun ini".

Bila ditanya mengapa, beliau menjawab, karena takut apabila dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti:

أَذْهَبتم طيّباتكم في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها

"Kamu telah menghabiskan rezekimu dalam kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang dengannya."

(QS Al Ahqāf : 20)

​Jadi, untuk apa masih bermewah-mewah dan bermegah-megahan?

Sederhanalah! Karena sederhana lebih dekat pada sifat Rasūlullāh dan para shahābat.

Sederhanalah! Karena kesederhanaan itu melahirkan keteladanan.

Sumber : BimbinganIslam.com
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh,

Pada edisi ramadhan 1437 H kali ini penulis menerbitkan cuplikan ilustrasi  cara sholat buat semua muslimin berdasarkan tata cara berdasarkan sunnah Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam. Bisa ditonton ilustrasinya pada tayangan berikut.
Tata Cara sholat 1.



Tata Cara sholat 2

Tata Cara Sholat 3

Tata Cara Sholat 4


Hal-hal yang harus dihindari pada saat sholat bisa dilihat pada vidio dibawah ini

Kesalahan Sholat 1

Kesalahan Sholat 2


Demikianlah pembaca cuplikan ilustrasi tata cara sholat berdasarkan sunnah Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam, semoga dapat bermanfaat.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Walaupun di Era modern ini masih ada dan maraknya praktek perdukunan atau sihir seperti penglaris dan macamnya, yang mana banyak digunakan oleh para pedagang agar menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Untuk mengetahui Ciri ciri Rumah makan , toko kue dsbnya yang menggunakan Media Sihir dan bantuan jin. Seperti pada pengalaman murid ust. Kholid Basallamah, haji Ali Maulana di bawah ini mungkin bisa di jadikan pelajaran bagi teman teman  sekalian.

Jikalau ingin membeli makanan untuk mengisi lambung yang mulai keroncongan atau sekedar berwisata kuliner , waspada dan telitilah karena bisa jadi makanan yg anda makan mengandung mantra sihir yang akan mengundang bangsa jin masuk kedalam raga anda , kemudian membuat makar pada tubuh anda , yah...... walaupun tujuannya sihir tersebut agar konsumen menggandrungi makanan / masakannya akan tetapi pengalaman yang kami dapati, Jin akan membuat makar yg lebih dahsyat lagi seperti penyakit lambung , malas beribadah serta berlebih lebihan dalam sesuatu.

Adapun Ciri ciri Rumah makan , toko kue dsbnya yang menggunakan Media Sihir dalam usahanya yaitu :

  1. Masakannya biasa saja bahkan jauh dari segi rasa , namun terjadi ketidak wajaran di sana di gandrungi banyak konsumen setiap hari nya, seperti saya pernah mendapat cerita untuk membeli kue di daerah bali meski antri selama 3 hari sebelumnya padahal rasa kuenya biasa saja.
  2. Terdapat isim , zimat terpampang di tempat usahanya.
  3. Bagi mereka yang pernah ada gangguan , biasanya lebih peka saat akan memasuki Rumah Makan / Toko tsb , pusing mual dan merasa ketidak nyamanan.
  4. Biasanya terdapat buntelan kain di tempat nasi atau centong sayurnya.
Tindakan preventif yg meski anda lakukan teliti sebelum membeli dan Jika anda akan memakannya bacalah ayat kursi 3/5 ..x pada makanan tersebut kemudian tiuplah, jika panas tiup pada bagian mangkuk / piringnya , liatlah hasilnya jika ada sihir in sya Allah akan hilang , atau mungkin terjadi keanehan masakannya hambar tanpa rasa , atau terdapat bercak darah seperti yang terjadi di negeri Jiran dsb , jika tak terjadi apapun baca basmalah kemudian makan.

Bersekutu dengan bangsa Jin dengan tujuan dan cara apapun tidak dibenarkan dalam Ajaran Islam , bahkan hal tersebut merupakan perbuatan syirik yang mampu membenamkan pelakunya kelembah Jahannam.

Raih amal soleh dengan turut menyebarkan info ini!!

Pada hari ini Rabu tanggal 9 Maret 2016 jam 06.00 - 07.30 WIB terjadi fenomena langka dibeberapa kota di Indonesia salah satunya di Pontianak yaitu gerhana matahari total, dimana kejadian ini dulu pernah terjadi pada tahun1983 terulang kembali  sekitar 33 tahun lamanya.
Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak diantara bumi dan matahari, walaupun bulan lebih kecil bayangan bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya karena bulan yang berjarak rata-rata 384.400 kolometer dari bumi lebih dekat dibandingkan matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. Jenis gerhana matahari dapat dibedakan menjadi 4 Jenis :

    1. Gerhana total, terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
    2. Gerhana sebagian, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
    3. Gerhana cincin, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya. dan
    4. Gerhana hibrida, bergeser antara gerhana total dan cincin. Pada titik tertentu di permukaan bumi, gerhana ini muncul sebagai gerhana total, sedangkan pada titik-titik lain muncul sebagai gerhana cincin. Gerhana hibrida relatif jarang.


    Pada kejadian tadi pagi penulis mensikapinya dengan menjalankan sholat gerhana matahari yang dimulai dari jam 06.30 - 07.30 WIB sekitar 1 jam untuk 2 rakaat, lumayan lama dan pegel + kesemutan hihihi dan yang pasti bahagia serta bersyukur Alhamdulillah bisa beribadah yang mungkin 33 tahun lagi belum tentu bisa mengulang lagi serta bersykur shalat wajib tidak mewajibkan membaca surat panjang (susah dibayangin sob....). Islam ajaran yang sempurna menjelaskan segala hal kejadian di dunia ini termasuk salah satunya sudah ada tata cara shalatnya bisa dilihat pada gambar 1 dibawah ini dimulai dengan bertakbir, membaca doa iftitah, membaca surat Al Fatihah dan membaca surat panjang seperti Al Baqarah dan Ruku' dengan ruku' yang panjang.
    Gambar 1
    Jika dibahas menurut keyakinan penulis sebagai seorang muslim :

    PELAKSANAAN SHALAT GERHANA 


    Tidak ada satu kejadian di antara sekian banyak kejadian yang ditampakkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di hadapan hamba-Nya, melainkan agar kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari kekuasaan yang Allah Azza wa Jalla tampakkan tersebut.
    Yang pada akhirnya, kita dituntut untuk selalu mawas diri dan melakukan muhasabah.
    Di antara bukti kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu, ialah terjadinya gerhana.
    Sebuah kejadian besar yang banyak dianggap remeh manusia. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam justru memperingatkan umatnya untuk kembali ingat dan segera menegakkan shalat, memperbanyak dzikir, istighfar, doa, sedekah, dan amal shalih tatkala terjadi peristiwa gerhana.

    Dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

    إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَيَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوْااللهَ وَكَبِّرُوْا وَصَلُّوْا وَتَصَدَّقُوْا ...

    "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah. Sesungguhnya keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah."
    [Muttafaqun ‘alaihi]

    PENGERTIAN GERHANA

    Dalam istilah fuqaha dinamakan kusuf, yaitu hilangnya cahaya matahari atau bulan atau sebagiannya, dan perubahan cahaya yang mengarah ke warna hitam atau gelap.
    Kalimat khusuf semakna dengan kusuf.
    Ada pula yang mengatakan kusuf adalah gerhana matahari, sedangkan khusuf adalah gerhana bulan. Pemilahan ini lebih masyhur menurut bahasa.
    Jadi, shalat gerhana, ialah shalat yang dikerjakan dengan tata cara dan gerakan tertentu, ketika hilang cahaya matahari atau bulan atau hilang sebagiannya.

    HUKUM SHALAT GERHANA

    Jumhur ulama’ berpendapat, shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah.
    Abu ‘Awanah menegaskan wajibnya shalat gerhana matahari.
    Demikian pula riwayat dari Abu Hanifah, beliau memiliki pendapat yang sama. Diriwayatkan dari Imam Malik, bahwa beliau menempatkannya seperti shalat Jum’at.
    Demikian pula Ibnu Qudamah berpendapat, bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah.
    Adapun yang lebih kuat, ialah pendapat yang mengatakan wajib, berdasarkan perintah yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Imam Asy Syaukani juga menguatkan pendapat ini. Demikian pula Shiddiq Hasan Khân dan Syaikh Al Albâni rahimahullah.
    Dan Syaikh Muhammad bin Shâlih ‘Utsaimin rahimahullah berkata:

    “Sebagian ulama berpendapat, shalat gerhana wajib hukumnya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

     إِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَصَلُّوْا

    (jika kalian melihat, maka shalatlah -muttafaqun ‘alaih).

    Sesungguhnya, gerhana merupakan peristiwa yang menakutkan.
    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dengan khutbah yang agung, menjelaskan tentang surga dan neraka.
    Semua itu menjadi satu alasan kuat wajibnya perkara ini, kalaupun kita katakan hukumnya sunnah tatkala kita melihat banyak orang yang meninggalkannya, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan tentang kejadian ini, kemudian tidak ada dosa sama sekali tatkala orang lain mulai berani meninggalkannya.
    Maka, pendapat ini perlu ditilik ulang, bagaimana bisa dikatakan sesuatu yang menakutkan kemudian dengan sengaja kita meninggalkannya?
    Bahkan seolah hanya kejadian biasa saja? Dimanakah rasa takut?
    Dengan demikian, pendapat yang mengatakan wajib, memiliki argumen sangat kuat.
    Sehingga jika ada manusia yang melihat gerhana matahari atau bulan, lalu tidak peduli sama sekali, masing-masing sibuk dengan dagangannya, masing-masing sibuk dengan hal sia-sia, sibuk di lading; semua itu dikhawatirkan menjadi sebab turunnya adzab Allah, yang kita diperintahkan untuk mewaspdainya.
    Maka pendapat yang mengatakan wajib memiliki argumen lebih kuat daripada yang mengatakan sunnah."
    Adapun shalat gerhana bulan, terdapat dua pendapat yang berbeda dari kalangan ulama.
    Pendapat pertama. Sunnah muakkadah, dan dilakukan secara berjama’ah seperti halnya shalat gerhana matahari. Demikian ini pendapat Imam Asy Syâfi’i, Ahmad, Dawud Ibnu Hazm. Dan pendapat senada juga datang dari ‘Atha, Hasan, an-Nakha`i, Ishâq dan riwayat dari Ibnu ‘Abbas.

    Dalil mereka:

    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَيَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوْاالله وَصَلُّوْا حَتَّى يَنْجَلِيَ .

    "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah. Sesungguhnya, keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai terang kembali."


    Pendapat kedua. Tidak dilakukan secara berjama’ah. Demikian ini pendapat Imam Abu Hanifah dan Mâlik.
    Dalilnya, bahwa pada umumnya, pelaksanaan shalat gerhana bulan pada malam hari lebih berat dari pada pelaksanaannya saat siang hari. Sementara itu belum ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikannya secara berjama’ah, padahal kejadian gerhana bulan lebih sering dari pada kejadian gerhana matahari.
    Manakah pendapat yang kuat?
    Dalam hal ini, ialah pendapat pertama, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada umatnya untuk menunaikan keduanya tanpa ada pengecualian antara yang satu dengan lainnya (gerhana matahari dan bulan).

    Sebagaimana di dalam hadits disebutkan:

    فَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى المَسْجِدِ فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ ...

    "Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju masjid, kemudian beliau berdiri, selanjutnya bertakbir dan sahabat berdiri dalam shaf di belakangya."

    Ibnu Qudamah juga berkata:
    “Sunnah yang diajarkan, ialah menunaikan shalat gerhana berjama’ah di masjid sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun boleh juga dilakukan sendiri-sendiri, namun pelaksanaannya dengan berjama’ah lebih afdhal (lebih baik).
    Karena yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah dengan berjama’ah.
    Sehingga, dengan demikian, sunnah yang telah diajarkan ialah menunaikannya di masjid."

    WAKTU SHALAT GERHANA

    Shalat dimulai dari awal gerhana matahari atau bulan sampai gerhana berakhir.

    Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوْاالله وَصَلُّوْا حَتَّى يَنْجَلِيَ

    "Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai kembali terang."


    KAPAN GERHANA DIANGGAP USAI?

    Shalat gerhana matahari tidak ditunaikan jika telah muncul dua perkara, yaitu:
    (1) terang seperti sedia kala, dan
    (2) gerhana terjadi takala matahari terbenam.
    Demikian pula halnya dengan shalat gerhana bulan, tidak ditunaikan jika telah muncul dua perkara, yaitu:
    (1) terang seperti sedia kala, dan
    (2) saat terbit matahari.


    Source : https://almanhaj.or.id/1452-pelaksanaan-shalat-gerhana.html & berbagai sumber


    Fitnah Harta
    بسم الله الرحمن الرحيم

    Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
    إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُ
    “Sesungguhnya bagi setiap umat ada cobaan, dan cobaan bagi umatku adalah harta.” [HR. At-Tirmidzi dari Ka’ab bin ‘Iyadh radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 592]

    Beberapa Pelajaran:
    1) Hadits yang mulia ini memperingatkan agar berhati-hati dari berbagai kenikmatan dan kemewahan dunia yang dapat melalaikan manusia dari mengingat Allah ta’ala dan membuat lupa kenikmatan yang hakiki di akhirat kelak. Al-Imam Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata,

    أَيْ اللَّهْوُ بِهِ لِأَنَّهُ يُشْغِلُ الْبَالَ عَنْ الْقِيَامِ بِالطَّاعَةِ وَيُنْسِي الْآخِرَةَ
    “Makna cobaan dunia adalah bersenang-senang dengan kenikmatan dunia, karena ia dapat menyibukkan diri dari melakukan ketaatan dan membuat lupa akhirat.” [Tuhfatul Ahwadzi, 6/121]

    2) Mengapa harta adalah cobaan yang berat dan perlu diperingatkan? Al-‘Allamah Ali Al-Qoori rahimahullah berkata,

    لِأَنَّهُ جَامِعٌ لِحُصُولِ الْمَنَالِ وَمَانِعٌ عَنْ كَمَالِ الْمَآلِ
    “Karena harta sanggup mengumpulkan segala keinginan dunia, namun bisa jadi penghalang untuk meraih kenikmatan yang sempurna di akhirat.” [Al-Mirqoh, 8/3252]

    3) Perintah hidup zuhud, lebih mementingkan akhirat dan menjadikan nikmat harta yang Allah anugerahkan untuk beribadah kepada-Nya, bukan justru bermaksiat kepada-Nya. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

    والحاصل أن الإنسان ينبغي له أن يكون زهداً في الدنيا، راغباً في الآخرة، وأن الله إذا رزقه مالاً فليجعله عوناً على طاعة الله، وليجعل الدنيا في يده لا في قلبه، حتى يربح بالدنيا والآخرة
    “Walhasil, sepatutnya manusia hidup zuhud di dunia dan lebih mementingkan akhirat. Apabila Allah memberi rezeki harta kepadanya maka hendaklah ia jadikan sebagai sarana untuk taat kepada Allah, dan hendaklah ia jadikan dunia di tangannya bukan di hatinya, agar ia meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.” [Syarhu Riyadhis Shaalihin, 3/376]

    4) Nikmat kekayaan harta pada hakikatnya, hanyalah yang kita gunakan untuk taat kepada Allah ta’ala dan bersedekah di jalan-Nya, karena hanya itulah yang akan bermanfaat di masa depan yang hakiki, yaitu di kehidupan akhirat.
    Adapun harta yang digunakan untuk bermaksiat kepada Allah ta’ala, berbuat sia-sia dan berlaku boros, hanya akan menjadi bencana bagi pemiliknya.

    Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
    فالإنسان ما لَه إلا هذه الأشياء، إما أن يأكل طعاماً وشراباً، وإما أن يلبس من أنواع اللباس، وإما أن يتصدق، والباقي له هو ما يتصدق به، أما ما يأكله ويلبسه؛ فإن كان يستعين به على طاعة الله؛ كان خيراً له، وإن كان يستعين به على معصية الله وعلى الأشر والبطر؛ كان محنة عليه والعياذ بالله والله الموفق
    “Manusia tidaklah mendapatkan bagian dari hartanya kecuali tiga perkara ini:
    Pertama: Apakah yang ia makan dan minum,
    Kedua: Ataukah yang ia kenakan dari berbagai macam jenis pakaian,
    Ketiga: Ataukah yang ia sedekahkan.
    Dan yang akan terus menemaninya hanyalah harta yang ia sedekahkan. Adapun yang ia makan dan kenakan; apabila ia gunakan sebagai sarana untuk taat kepada Allah, maka harta itu adalah kebaikan baginya, namun apabila ia gunakan sebagai sarana untuk bermaksiat kepada Allah serta untuk berbangga-bangga dan menyombongkan diri, maka harta itu adalah bencana atasnya. Hanya kepada Allah kita mohon perlindungan, dan hanya Allah yang memberikan taufiq.” [Syarhu Riyadhis Shaalihin, 3/376]

    5) Peringatan untuk tidak bersikap ghuluw (berlebih-lebihan dan melampaui batas) dalam permasalahan harta, dan bentuk ghuluw dalam permasalahan harta ada dua jenis:

    Pertama: Orang yang menghalalkan segala sesuatu demi harta, tidak peduli halal dan haram, tidak peduli walau usahanya dan penghasilannya dari hasil riba, khamar, judi, rokok, merugikan orang lain dan lain-lain.
    • Bahkan sebagian orang tidak peduli walau harus memutus hubungan baik dengan keluarga dan teman dekat hanya demi harta, seperti dengan menipu dan tidak amanah dalam berbisnis, berhutang tidak mau bayar atau menunda-nunda pembayaran padahal sudah mampu membayar dan telah jatuh tempo, sebaliknya orang yang meminjamkan memaksa bahkan memenjarakan saudaranya yang kesusahan dalam membayar hutang.
    • Sampai-sampai sebuah keluarga terpecah belah dan saling bermusuhan hanya karena memperebutkan harta warisan, padahal dalam syari’at telah ditentukan bagian masing-masing penerima warisan.

    Kedua: Sebaliknya, ada orang yang mencela usaha mencari harta yang halal melebihi kebutuhan pokok, dan menganggap orang yang melakukannya tidak menginginkan kenikmatan di akhirat.
    • Bahkan tidak jarang mereka tidak mau bekerja sama sekali dengan alasan ingin berkosentrasi untuk beribadah kepada Allah ta’ala, berdakwah, mengurus pondok, menuntut ilmu dan berbagai bentuk ibadah lainnya, tapi pada saat yang sama mereka membahayakan diri dan keluarga yang menjadi tanggungan mereka untuk dinafkahi. Tidak jarang pula mereka meminta-minta kepada manusia, dengan berbagai macam kedok. Padahal bekerja mencari nafkah juga bagian dari ibadah kepada Allah ta’ala apabila dilakukan dengan niat yang benar dan menempuh jalan yang halal.
    • Adapun Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum berada di pertengahan, mereka bekerja, berjual beli, berkebun dan berbagai usaha-usaha yang halal dengan cara yang halal, tetapi tidak melalaikan mereka dari mengingat Allah ta’ala dan menjadikan harta mereka sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, menyambung hubungan kekerabatan dan menyayangi orang-orang yang lemah lagi fakir.
    [Lihat Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid libnil ‘Utsaimin rahimahullah, 1/376]
    • Akan tetapi di satu sisi, menafkahi penuntut ilmu agar ia dapat berkosentrasi dalam menuntut ilmu dan menyebarkannya, sehingga ia tidak disibukkan dengan bekerja kecuali yang berkaitan dengan ilmu agama, adalah ibadah yang sangat agung.
    • Demikian pula seorang penuntut ilmu yang bersabar dengan sedikit harta yang mencukupinya dan keluarganya serta tidak meminta-minta, dan tidak terlalu mengejar dunia demi meraih ilmu yang melimpah dan menyebarkannya, maka ini juga suatu kebaikan yang besar. Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,

    كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِى النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَالآخَرُ يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ
    “Dahulu ada dua orang bersaudara di masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Salah satu dari keduanya selalu mendatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu agama), dan salah satunya lagi sibuk bekerja, maka yang bekerja ini mengadukan saudaranya (yang tidak membantunya bekerja) kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, beliau pun bersabda: Bisa jadi engkau diberi rezeki karena saudaramu itu.” [HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahih Al-Jami’: 5084]





     Sumber : http://sofyanruray.info


    وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم




    Segala puja dan puji hanyalah bagi ALLAH yang Maha Suci dan Maha Agung. Tidak ada
    tuhan selain ALLAH. Tidak ada sekutu bagi ALLAH sang penguasa langit dan bumi. Salam
    dan selawat senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan
    istri-istri serta keturunan beliau.
    Kali ini saya ingin membagikan informasi mengenai artikel yang mungkin sedikit TABU oleh karena itu bagi sobat semua yang sudah cukup dewasa silahkan mendownload artikel klik DISINI
    Semoga bermanfaat buat sobat semua


    PERHATIAN:
    ARTIKEL INI ADALAH ARTIKEL DEWASA.
    MAKA JANGANLAH DISEBARLUASKAN TANPA DASAR ILMU,
    KARENA BOLEH JADI ARTIKEL INI AKAN MEMBAWA FITNAH
    JIKA DIBACA OLEH ORANG-ORANG YANG MASIH KURANG
    PEMAHAMANNYA TENTANG ISLAM DAN SUNNAH RASULULLAH.
    SEMUA HADIS UMUMNYA DIAMBIL DARI “BAB NIKAH” PADA
    MASING-MASING KITAB PARA AHLI HADIS.
    DAN HARAP JANGAN MENANYAKAN APAPUN KEPADA
    PENULIS (PENGETIK) ARTIKEL INI. KARENA ISI FILE INI TIDAK
    DIPERTANGGUNGJAWABKAN SEPENUHNYA.




    Haiiiiiiiii Sobat Semua... Assalamualaikum
    Alhamdulilah saat ini kita masih dalam lindungan Alllah SWT atas karunia dan hidayahnya hingga kita masih diberi kesehatan, baik saya dan pembaca budiman . amin...
    Kali ini saya ingin mengingatkan kepada sobat semua yang merasa dirinya mampu atau sudah berkecukupan sebisanya untuk bersedekah, Karena mengingatkan untuk sedekah merupakan bagian dari pada ibadah. berikut diambil dari beberapa sumber:

    Diawali dari 5 rukun islam :

    1. Mengucapkan dua kalimah syahadat
    2. Menegakan Sholat
    3. Menunaikan Zakat
    4. Puasa di bulan Ramadhan
    5. Menunaikan Ibadah Haji bagi yang mampu



    Sedekah/zakat urutan ke 3 dari 5 rukun islam,
    Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
    1. Zakat fitrah
    Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
    2. Zakat maal (harta)
    Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri


    Dari segi bahasa, zakat berasal dari kata zaka yang artinya berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan secara istilah fiqih, zakat diartikan “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak”.
    Betapa pentingnya kedudukan zakat bagi seorang muslim. Perintah yang berzakat secara tegas diantaranya dalam QS Al Baqarah 110, “Dirikanlah oleh kalian shalat dan bayarlah zakat”.




    Nah sudah jelaskan sobat semua seperti halnya saya seorang karyawan yang menerima gaji setiap bulannya maka ada haknya 2,5% dari gaji kita untuk disisihkan bagi orang lain yang membutuhkan. Kita harus bersyukur karena selama ini kita telah dikaruniai nikmat yang lebih besar, kita bisa makan enak tiap hari, kita bisa pakai baju bagus dan masih banyak orang lain yang tak seberuntung seperti kita.

    Dengan sedekah kita akan dibukakan pintu rejeki, dilimpahkan nikmat dan ketenangan, dijaga kesehatan.
    Jadi mari sobat semua budayakan untuk beramal dan sedekah, Ingat, memberi merupakan "senjata" super ampuh untuk melipat-gandakan "kekayaan" kita dalam waktu singkat.
    Memberi adalah satu-satunya kondisi di mana kita bisa melepaskan diri dari lingkaran setan "LEBIH BESAR PASAK DARIPADA TIANG"






    "



    Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (berikanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik... Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk untuk kamu berikan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya tanpa memicingkan mata terhadapnya. Sesungguhnya, Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji"
    ~Q ur'an: Surat Al-Baqarah: 267~ 





    Janji Allah: "Kami akan menambah pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik".

    ~ Qur'an: Al-Baqarah: 58 ~ 

    Kapan sobat semua akan bersedekah????

    Yuk.....mari kita bersedekah..... bila bingung gimana menghitungnya silahkan pilih "KALKULATOR ZAKAT" di daftar menu blog saya.

    Semoga bermanfaat buat sobat semua .